PENGANTAR NEONATOLOGI
dr. Agus Harianto SpA(K),Prof. dr. Sylviati M.
Damanik SpA(K)
Divisi Neonatologi Lab /
SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK Unair – RSUD Dr. Soetomo
Tingkat
kesehatan suatu masyarakat dinilai dari angka kematian bayi. Dengan kemajuan
ilmu kedokteran, angka kematian ini dapat ditekan tetapi penurunan ini terutama
disebabkan oleh penurunan kematian bayi yang berumur > 7 hari. Sedangkan
angka kematian bayi yang berumur < 7 hari dan kematian bayi dalam kandungan
masih belum banyak berkurang.1,10
Data
WHO (2002)10 menunjukkan angka sangat memprihatinkan, yang dikenal
dengan "fenomena 2/3", yaitu:
- 2/3
kematian bayi (umur 0-1 tahun) terjadi pada masa neonatal (bayi baru lahir umur
0-28 hari).
- 2/3
kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama.
Pada 1
minggu pertama dari kelahiran adalah masa yang paling kritis bagi kehidupan
seorang bayi.
Di
Indonesia sendiri sebanyak 100.454 bayi 0-28 hari (neonatal) meninggal setiap
tahun. Ini berarti 275 neonatal meninggal setiap hari, atau lebih kurang 184
neonatal dini meninggal setiap hari, atau setiap 1 jam meninggal 8 bayi
neonatal dini, atau setiap 7,5 menit meninggal 1 bayi neonatal dini.10
Di
masa mendatang sangat diharapkan selain menurunkan angka kematian bayi juga
berusaha agar bayi yang dilahirkan utuh sempurna, tanpa cacat fisik maupun
mental melalui perawatan bayi baru lahir yang tepat karena saat-saat tersebut
sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang.
A. ADAPTASI
NEONATAL
Neonatus adalah individu yang sedang berada pada periode
adaptasi kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir
mengalami proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus
ke kehidupan di luar uterus.7
The newborn period is defined as the first 28 days of life.
Masa neonatal adalah periode selama satu bulan (lebih
tepat : 4 minggu = 28 hari) setelah lahir.
Masa adaptasi setelah lahir itu merupakan juga suatu masa yang sangat kritis dan menentukan untuk kehidupan individu selanjutnya. Maka masalah-masalah yang terjadi pada masa itu dapat sekali mengancam nyawa individu yang masih sangat lemah itu.
Masa adaptasi setelah lahir itu merupakan juga suatu masa yang sangat kritis dan menentukan untuk kehidupan individu selanjutnya. Maka masalah-masalah yang terjadi pada masa itu dapat sekali mengancam nyawa individu yang masih sangat lemah itu.
Atau,
seandainya nyawa dapat terselamatkan, masalah tersebut mungkin dapat juga
mempengaruhi kualitas hidup individu tersebut selanjutnya.
Dalam ilmu perinatologi, kegawatan yang terjadi pada masa tersebut disebut kegawatdaruratan perinatal, perlu perawatan intensif.4,7
Kemampuan adaptasi
fisiologis ini disebut juga homeostasis.7 Bila terdapat gangguan
adaptasi : bayi akan sakit.
Homeostasis
1.
Kemampuan mempertahankan
fungsi-fungsi vital
2.
Bersifat dinamis
3.
Dipengaruhi tahap tumbuh
kembang, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.
Pada bayi kurang bulan seringkali
terjadi berbagai gangguan mekanisme adaptasi.
Adaptasi segera yang diharapkan terjadi pada bayi baru
lahir meliputi fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat,
pencernaan dan metabolisme).
Tabel
1. Mekanisme Homeostasis / Adaptasi Bayi Baru Lahir7
SISTEM
|
INTERAUTERIN
|
EKSTRAUTERIN
|
RESPIRASI / SIRKULASI
-
Pernafasan voluntar
-
Alveoli
-
Vaskularisasi paru
-
Resistensi paru
-
Intake oksigen
-
Pengeluaran CO2
-
Sirkulasi paru
-
Sirkulasi sistemik
-
Denyut jantung
SIRKULASI CERNA
-
Absorbsi nutrien
-
Kolonisasi kuman
-
Feses
-
Enzim pencernaan
|
Belum berfungsi
Kolaps
Belum aktif
Tinggi
Dari placenta (Ibu)
Di placenta
Tidak berkembang
Resistensi perifer rendah
Lebih cepat
Belum aktif
Belum
Mekonium
Belum akfit
|
Berfungsi
Berkembang
Aktif
Rendah
Dari paru (bayi sendiri)
Di paru
Berkembang banyak
Resistensi perifer tinggi
Lebih lambat
Aktif
Segera
> hari keempat, feses biasa
aktif
|
Homeostasis
neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas dan status gizi.
Kemampuan homeostasis pada neonatus berdasarkan usia kehamilan :
1.
Cukup bulan : memadai
2.
Kurang bulan : tergantung masa
gestasi. Matriks otak belum sempurna, mudah terjadi perdarahan intrakranial.
Angka kejadian sindrom gawat napas neonatus dan hiperbilirubinemia tinggi.
3.
Lewat waktu : terjadi hambatan
pertumbuhan janin intrauterin akibat penurunan fungsi plasenta, terjadi
hipoksia janin.
B. EVALUASI
NEONATUS
Bila
bayi sudah lahir kita dapat secara langsung memeriksa keadaan bayi tersebut.
Evaluasi bayi baru lahir penting sekali untuk dapat menentukan tindakan yang
harus dilakukan dan untuk menentukan prognosis bayi.
Lebih
cepat kita mengatasi keadaan yang abnormal lebih baik pula prognosisnya dan
kemungkinan timbulnya komplikasi juga lebih kecil.
Evaluasi neonatus
meliputi :7
- Menilai adaptasi neonatal (skor Apgar, refleks)
- Menilai tahap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia kehamilan
- Menilai fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan morfologi/fisiologi)
- Memberi identifikasi : jenis kelamin, berat badan, panjang badan
- Menentukan
penanganan yang diperlukan
Untuk
evaluasi neonatal pada tahun 1952 Virginia Apgar (Pediater dari New York
Cornell University) menciptakan suatu cara yang kemudian disebut Apgar scoring
system. Cara ini memperhatikan lima gejala vital bayi ialah : detik jantung,
tonus otot, pernafasan, refleks dan warna kulit. Tiap gejala diberi angka 0, 1
atau 2 menurut keadaan seperti tercantum :4
Tabel 2. Apgar score4,7,9
|
0
|
1
|
2
|
1.
Detik jantung
2.
Usaha pernafasan
3.
Tonus otot
4.
Reflex, atas pembersihan
jalan nafas
5.
Warna kulit
|
-
lunglai
-
pucat
biru
seluruh
tubuh
|
< 100 /
mnt
tangisan
lemah tak teratur
sedang
menyeringai
tubuh merah
extrimitas biru
|
³
100/mnt
tangisan
kuat
pergerakan
aktif
menangis,
batuk, bersin
seluruh
tubuh merah
|
Jelas
bahwa Apgar Score maksimum adalah 10 dan minimum adalah 0, A.S harus
ditentukan 1 menit dan 5 menit setelah
seluruh badan bayi lahir. Bila A.S kurang dari 7 pada menit ke 5 maka A.S. 10 –
15 – 20 menit dicatat. A.S dinilai pada menit pertama sebab pada 1 menit
setelah lahir terdapat clinical
depression yang terberat pada bayi tersebut dan AS 1 menit ini menunjukkan
keadaan keseimbangan asam basa bayi,
tapi bukan menunjukkan keadaan oksigenasi darah bayi. AS 5 menit memberikan
refleksi pada prognosis bayi baik morbiditas maupun mortalitasnya. Lebih rendah
AS 5 menit lebih jelek prognosisnya. Penggunaan cara Apgar score ini memudahkan
kita menggolongkan bayi yang baru lahir dalam 3 golongan.
Bila AS 1 menit : 7 – 10 = normal = vigorous
4
– 6 = asfiksia ringan / livide = mild-moderately depressed
0
– 3 = asfiksia berat / pallida = severely depressed
Istilah
asfiksia livide / pallida tak dipakai lagi
Ternyata
pula bahwa AS 1 menit ini menunjukkan keseimbangan asam basa sebab pada
pemeriksaan pH bayi ternyata :
Bila
AS 1 menit : 7 – 1 = pH = 7,20
4 – 6 = pH = 7.10 – 7,0
0 – 3 = pH = 7,10
Paradigma lama memberikan
pedoman kepada kita untuk bertindak pada bayi Asfiksia berdasarkan hasil
evaluasi menurut cara Apgar score.
Tetapi pada Paradigma
baru RESUSITASI bayi harus dilakukan segera
setelah bayi lahir tidak menunggu Apgar menit pertama (lihat lampiran 1).2
Mengapa nilai Apgar
tidak digunakan sebagai pedoman memulai tindakan resusitasi ? Nilai Apgar
merupakan metode obyektif untuk menilai kondisi bayi baru lahir yang
menggambarkan kondisi bayi secara keseluruhan dan dinilai setelah 1 menit bayi lahir. Sedangkan Resusitasi harus segera
dilakukan begitu 3 tanda utama (frekuensi jantung, pernafasan, warna kulit)
menunjukkan indikasi bayi perlu resusitasi.
Klasifikasi
neonatus menurut masa gestasi 5,7,11
1. Kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari (37 minggu)
2. Cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)
3. Lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294 hari (42 minggu) atau lebih.
1. Kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari (37 minggu)
2. Cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)
3. Lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294 hari (42 minggu) atau lebih.
Klasifikasi
neonatus menurut berat lahir
1. Berat lahir rendah : kurang dari 2500 g
2. Berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 g
3. Berat lahir lebih : lebih dari 4000 g
1. Berat lahir rendah : kurang dari 2500 g
2. Berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 g
3. Berat lahir lebih : lebih dari 4000 g
Klasifikasi
menurut berat lahir terhadap masa gestasi
Dideskripsikan masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilannya :
1. Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
2. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
Dideskripsikan masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilannya :
1. Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
2. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang lainnya meliputi
antara lain : kriteria Dubowitz/Lubchenco
Di bawah ini beberapa kriteria neonatus yang normal, antara
lain :7
KRITERIA FISIK neonatus normal
- Cukup bulan : usia kehamilan 37 - 42 minggu
- Berat badan lahir : 2500 - 4000 g (sesuai masa kehamilan)
- Panjang badan : 44 - 53 cm
- Lingkar kepala (melalui diameter biparietal) : 31 - 36 cm
- Skor Apgar 7 – 10
- Tanpa
kelainan kongenital atau trauma persalinan
KRITERIA
NEUROLOGIK neonatus normal
- frog position (fleksi ekstremitas atas dan bawah)
- Refleks Moro / kejutan (+), harus simetris
- refleks hisap (+) pada sentuhan palatum molle
- refleks menggenggam (+)
- refleks rooting (+)
Nilai laboratorium DARAH neonatus normal
- Hb : 14 - 22 g/dl (kadar Hb-F tinggi, menurun dengan pertambahan usia)
- Ht : 43 - 63 %
- Eritrosit : 4.2 - 6 juta /mm3
- Retikulosit : 3 - 7 %
- Leukosit : 5000 - 30000 /mm3 Jika ada infeksi < 5000/mm3.
- Trombosit : 150000 - 350000 /mm3
- Volume darah : 85 cc/kgBB
Nilai laboratorium CAIRAN OTAK neonatus normal
- Warna : 90 - 94 % xantochrome (kekuning-kuningan jernih)
- Nonne / Pandy (+) Pada usia di atas 3 bulan harus sudah negatif.
- Protein : 200-220 mg/dl
- Glukosa : 70-80 mg/dl
- Eritrosit : 1000 - 2000 / LPB
- Leukosit 10 - 20 / LPB menunjukkan fungsi BBB (blood-brain barrier) masih belum sempurna.
- frog position (fleksi ekstremitas atas dan bawah)
- Refleks Moro / kejutan (+), harus simetris
- refleks hisap (+) pada sentuhan palatum molle
- refleks menggenggam (+)
- refleks rooting (+)
Nilai laboratorium DARAH neonatus normal
- Hb : 14 - 22 g/dl (kadar Hb-F tinggi, menurun dengan pertambahan usia)
- Ht : 43 - 63 %
- Eritrosit : 4.2 - 6 juta /mm3
- Retikulosit : 3 - 7 %
- Leukosit : 5000 - 30000 /mm3 Jika ada infeksi < 5000/mm3.
- Trombosit : 150000 - 350000 /mm3
- Volume darah : 85 cc/kgBB
Nilai laboratorium CAIRAN OTAK neonatus normal
- Warna : 90 - 94 % xantochrome (kekuning-kuningan jernih)
- Nonne / Pandy (+) Pada usia di atas 3 bulan harus sudah negatif.
- Protein : 200-220 mg/dl
- Glukosa : 70-80 mg/dl
- Eritrosit : 1000 - 2000 / LPB
- Leukosit 10 - 20 / LPB menunjukkan fungsi BBB (blood-brain barrier) masih belum sempurna.
C. PENANGANAN SEGERA BAYI BARU LAHIR (Immediate Care of The Newborn)
Penanganan
segera yang perlu dilakukan pada neonatus meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
Mempelajari anamnesis : riwayat hamil, riwayat
persalinan, riwayat keluarga
2.
Melakukan resusitasi neonatus
3.
Menilai skor Apgar
4.
Perawatan tali pusat : pemotongan jangan terlalu
pendek. Luka diberi larutan antiseptik dan ditutup. Harus diawasi dan perban
diganti tiap hari.
5.
Identifikasi : beri kartu bertulisan nama ibu,
diikat di pergelangan tangan atau kaki
6.
Pemeriksaan fisik, observasi tanda vital
7.
Tentukan tempat perawatan : rawat gabung atau
rawat khusus (rawat intensif).
8.
Prosedur rujukan bila perlu
Jika ada penyakit yang
diturunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B aktif, langsung diberikan
vaksinasi aktif-pasif.
1.
STABILISASI
SESUDAH LAHIR
-
Sesudah lahir, pernapasan pertama
-
Dapat hidup di luar uterus
-
Adaptasi sistem2 lain
2.
SYARAT
PERAWATAN GABUNG (neonatus dirawat bersama ibunya)
-
Nilai apgar lebih dari 7
-
Berat lahir lebih dari 2000 gram
-
Masa gestasi lebih dari 35 minggu
-
Frekuensi napas 40 – 60 kali per menit
-
Frekuensi denyut jantung 100 – 140 kali per menit
-
Suhu antara 36.5 – 37.5 oC
-
Refleks baik
-
Tidak ada kelainan kongenital mayor
D. MASALAH-MASALAH PADA BAYI BARU LAHIR
Masalah-masalah yang
mungkin terjadi pada bayi baru lahir antara lain sebagai berikut : 7,
9,11,13,14
- Prematuritas
Bayi dengan
usia gestasi < 37 minggu, immaturitas
fungsi organ vital.
- Sindrom gawat napas neonatus (NRDS-Neonatal Respiratory Distress Syndrome) / Asfiksia neonatorum
- Hiperbilirubinemia (neonatal jaundice)
- Infeksi perinatal
- Kelainan / cacat bawaan
- Gangguan/ penyakit akibat trauma kehamilan
Agar
dapat melakukan penanganan sedini mungkin terhadap masalah yang terjadi pada
bayi baru lahir maka perlu dilakukan deteksi dini bayi resiko.
1. DETEKSI DINI BAYI RESIKO8
Apabila kita akan menolong
persalinan, diharapkan kita sedikit banyak mengetahui kondisi bayi yang akan
kita tolong.
Kondisi yang
perlu diketahui meliputi :
a. Kondisi
ibu :
Penyakit
ibu, obat apa yang dikonsumsi, kehamilan ke berapa, dan kondisi kehamilan yang
lalu
b. Kondisi
janin :
Umur kehamilan
saat dlahirkan, kondisi pada waktu dilahirkan, fisik bayi,adakah
Gawat
janin pada sa’at itu
c. Kondisi
persalinan :
Cara
persalinan, tindakan persalinan, kondisi ketuban, kondisi janin sebelum
dilahirkan
d. Kondisi
plasenta
Untuk
deteksi dini bayi resiko yang akan dilahirkan bila dilihat dari kondisi bayi di
atas, dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Resiko Bayi dengan Problema Ibu8,9
A. Kondisi Ibu
|
Resiko pada Bayi
|
-
Ibu
> 40 tahun
-
Ibu
< 16 tahun
-
Perokok
-
Diabetes
-
Thyroid
-
Kelainan
jantung
-
HT
-
Polihidramnion
-
Oligohidramnion
-
APB
-
KPP
|
KMK,
kelaianan chromosome
Bayi
kurang bulan/prenatal
KMK,
PMR
RDS,
IUFD, Anomali kongenital, Hypoglycaemi
Hypo/hyperthyroid
KMK/kurang
bulan/IUFD
Ancephali,
Tracheosophageal, fisterl, gangguan ginjal
Renal
agenesis, IUFD, pulmona, hypoplasi
Kurang
bulan, anaemi, IUFD
Infeksi
|
B. Kondisi Fetal
|
Resiko pada Bayi |
-
Kembar
(gemelli)
-
Kehamilan
besar
|
Prematur,
feto fetal transfusi, asfiksi
Trauma
kelahiran, perdarahan, hypoglycaemia
|
C. Kondisi Persalinan
|
Resiko pada Bayi
|
-
Kelahiran
prematur
-
Kelahiran
lambat
-
Ibu
panas
-
Kelahiran
cepat
-
Ketuban
meconeal
-
Sectio
cesarean
|
RDS,
asfiksia, infeksi
MAS,
asfiksia, IUFD
Infeksi
Trauma,
ICH
Asfiksi,
MAS, PPH
RDS,
TTNB (Transient Tachypnea of New Born)
|
D. Kondisi Placenta
|
Resiko pada bayi
|
-
Kecil
-
Besar
-
Solusio
placenta
|
KMK
Hydro
foetalis, maternal diabetes
Asfiksi,
anemi
|
Sedangkan
bayi baru lahir, bila dilihat pada saat lahir dapat pula mengakibatkan
resiko-resiko yang erat hubungannya dengan pada saat dilahirkan seperti pada
tabel 4
Tabel. 4 Keadaan Bayi Baru Lahir dengan Resiko yang Dihadapi8,9
Keadaan
|
Resiko
|
Prematur
& / BBLR
|
RDS,
IVH, hipoglikemi, hipoglikemia, apne, infeksi
|
Asfiksia
berat
|
Gagal
nafas, HIE (Hipoxic Ischemic Encephalopathi) palsi serebral, retardasi mental
|
Infant
Diabetic Mother (IDM)
|
Kesulitan
lahir, hipoglikemi, asfiksia
|
Post
date
|
Insufisiciensi
placenta lahir mati / KMK
(kecil masa kehamilan), hipoglikemi, infeksi
|
E. PERAWATAN INTENSIF NEONATUS (Neonatal Intensive Care)
Transfer ke unit perawatan intensif neonatus
Pertimbangan rujukan bayi baru lahir adalah
berdasarkan keadaan bayi :
1. bayi normal : ruang transisi - rawat gabung / madya / intensif
2. bayi berat badan lahir rendah atau bayi kurang bulan : rawat madya / intensif
3. bayi dengan tunjangan ventilasi / respirasi / sirkulasi : rawat intensif
4. bayi dengan tunjangan metabolik / nutrisi parenteral : rawat madya / intensif
5. bayi dengan pemantauan ketat respirasi dan sirkulasi : rawat madya / intensif
1. bayi normal : ruang transisi - rawat gabung / madya / intensif
2. bayi berat badan lahir rendah atau bayi kurang bulan : rawat madya / intensif
3. bayi dengan tunjangan ventilasi / respirasi / sirkulasi : rawat intensif
4. bayi dengan tunjangan metabolik / nutrisi parenteral : rawat madya / intensif
5. bayi dengan pemantauan ketat respirasi dan sirkulasi : rawat madya / intensif
Transfer ke unit perawatan intensif neonatus (NICU
- Neonatal Intensive Care Unit)
dipertimbangkan pada keadaan / kasus :7,9
1.
Gawat napas (sianosis, takipnea, retraksi
dinding dada, pernapasan cuping hidung, atau henti napas) yang memerlukan O2
40% atau lebih untuk mencegah sianosis sentral
2.
Bayi prematur kurang dari 2000 gram atau usia
gestasi (jika diketahui) kurang dari 37 minggu
3.
Bayi yang sedang mengalami pemulihan dari upaya
resusitasi besar
4.
Bayi yang sangat mungkin memerlukan bantuan
respirasi atau bantuan medis besar lainnya.
Neonatus risiko tinggi, terutama bayi prematur,
memerlukan suatu LINGKUNGAN KHUSUS, dengan kombinasi khusus cairan dan nutrisi,
serta sarana-sarana pendukung lainnya untuk mempertahankan kehidupannya.6,13
MASALAH pada neonatus risiko tinggi
1.
Khusus pada bayi prematur : hiperbilirubinemia
akibat organ hati belum matang, volume darah rendah, hipoglikemia, defisiensi
faktor-faktor imunologik, defisiensi surfaktan.
2.
Pada neonatus risiko tinggi umumnya : rentan
terhadap infeksi.
HAL
YANG DIPERHATIKAN PADA PERAWATAN INTENSIF NEONATUS
n
PENGENDALIAN
INFEKSI
Infeksi
nosokomial merupakan penyebab infeksi yang sering menyerang neonatus dalam
perawatan. Penularan dapat melalui petugas medis maupun peralatan yang
digunakan.
Keadaan neonatus risiko tinggi sangat lemah, dapat segera memburuk jika terserang infeksi, lebih cepat dan lebih berat dibandingkan bayi normal lainnya.
Keadaan neonatus risiko tinggi sangat lemah, dapat segera memburuk jika terserang infeksi, lebih cepat dan lebih berat dibandingkan bayi normal lainnya.
Sterilisasi dan kebersihan merupakan syarat utama suatu unit perawatan intensif pada umumnya, termasuk pada unit perawatan intensif neonatus.
n
WASPADA :
gejala-gejala mencurigakan sepsis neonatorum :
- Gejala umum : bayi tidak kelihatan sehat, tidak mau minum, suhu badan naik (febris) atau turun (hipotermia) padahal berada dalam kontrol suhu ruangan yang benar.
- Gejala gastrointestinal : muntah, diare, hepatomegali, perut kembung, warna kemerahan.
- Gejala respiratorik : dispneu, takipneu, sianosis
- Gejala kardiovaskular : takikardia, edema, dehidrasi, produksi urine kurang
- Gejala susunan saraf pusat : letargi, iritabel, kejang, tidak sadar
- Gejala hematologik : ikterus, splenomegali, petekiae, perdarahan lain, hitung leukosit dan/atau trombosit menurun.
n
PENGENDALIAN
SUHU
Neonatus TIDAK mampu mempertahankan suhu tubuhnya dalam lingkungan yang terlalu panas atau dingin. Hal ini karena luas permukaan tubuhnya relatif besar perbandingannya terhadap berat badan, sehingga heat loss lebih tinggi.
Jika
terdapat keadaan hipoksia dan stabilitas kardiovaskular yang rendah, daya tahan
terhadap suhu lingkungan akan semakin menurun.
Sekedar
suatu pengaturan suhu ruangan yang sesuai saja telah terbukti berhasil
menurunkan mortalitas perinatal secara bermakna.
Penggunaan
metode kanguru bagi bayi-bayi prematur dan waspadai keluarnya panas melalui 4
cara : radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi (lihat gb)3,5,6,12,13
|
|||||||
n
MONITORING
Keadaan
umum, tanda vital, gejala-gejala patologik, peningkatan / penurunan berat
badan, balans cairan, kadar elektrolit dan osmolalitas serum, pemeriksaan
urine, dilakukan rutin.
Jika
memungkinkan, sebaiknya digunakan peralatan monitoring elektronik / digital
yang lengkap dengan kemampuan fungsi merekam sehingga dapat dilakukan analisis
yang kontinyu.
n
CAIRAN,
ELEKTROLIT DAN NUTRISI
Semua neonatus dalam unit
perawatan intensif HARUS menerima cairan / nutrisi / obat melalui infus
intravena.
Jumlah cairan tergantung
pada usia gestasi, usia pascakelahiran, ukuran / berat badan, status klinis dan
fisiologis, serta keadaan patologik yang mungkin menyertai (misalnya diare,
ikterus, anemia, dan sebagainya).
Kebutuhan cairan basal umumnya 50-100 cc/kgbb pada hari pertama, kemudian turun sampai 60-70 cc/kgbb pada hari ketiga. Jika bayi memiliki berat badan lebih rendah atau usia gestasi lebih prematur, kebutuhan cairan menjadi lebih tinggi.
Infus cairan dimonitor setiap 6-8 jam, dengan input / output balans yang ketat. Tiap 24 jam dibuat rekapitulasi meliputi keseimbangan cairan dan elektrolit, input/output termasuk insensible water loss, fungsi injal, dan pemeriksaan elektrolit serum.
Elektrolit
Na+ diberikan 3 mEq/dl cairan, dan K+ 2 mEq/dl.
Nutrisi maksimum diberikan 75 kalori per 100 cc cairan, dalam bentuk asam amino dan larutan glukosa, melalui infus intravena.
n
OBAT-OBATAN
Untuk
asidosis, digunakan natrium bikarbonat.
Untuk stimulasi kardiovaskular dan vasopresor, digunakan epinefrin.
Kalsium glukonas
meningkatkan kontraktilitas miokardium, hati2, pemberian terlalu cepat dapat
menyebabkan aritmia.
Glukosa
untuk sumber energi. Hati-hati dalam perhitungan, dapat terjadi
hipo/hiperglikemia atau hiper/hipoosmolalitas.
Albumin dipakai
sebagai plasma volume expander jika ada hipovolemia, terutama jika tidak ada
transfusi darah.
Naloxon dapat digunakan jika terjadi depresi kardiovaskular
dan/atau pernapasan akibat anastesia atau analgesia yang diberikan pada ibu
sebelum persalinan.
Antibiotik umum dipakai
golongan Ampicillin dan derivatnya atau aminoglikosid, dipilih yang berspektrum
luas, dapat menembus sawar darah otak, tidak toksik, dapat diberikan secara
parenteral.
n
TRANSFUSI
DARAH
Bayi prematur sering
mengalami anemia. Anemia pada neonatus JANGAN hanya berdasarkan pemeriksaan
kadar hemoglobin atau hematokrit, karena nilai itu tidak representatif terhadap
status oksigenasi jaringan oleh sel-sel darah merah.
Anemia pada neonatus seharusnya mempertimbangkan :
Anemia pada neonatus seharusnya mempertimbangkan :
- Jumlah absolut hemoglobin dalam sirkulasi yang menentukan transport oksigen di dalam darah.
- Fungsi yang menentukan kemampuan melepaskan oksigen ke dalam jaringan.
Sehingga pada neonatus, massa eritrositlah yang menjadi variabel yang menentukan kapasitas angkut oksigen dalam sirkulasi, bukan nilai Hb atau Ht.
Perlu
dipertimbangkan bahwa dalam masa-masa neonatal awal terjadi penurunan massa
eritrosit yang bermakna, selain itu terjadi konversi dari hemoglobin fetal
(HbF) menjadi hemoglobin dewasa (HbA) yang memiliki karakteristik afinitas
terhadap oksigen dan disosiasi Hb-oksigen yang berbeda. Dengan kata lain,
sistem hemopoietik neonatus memang sedang berada dalam masa adaptasi dari tipe
fetal ke tipe dewasa.
Berdasarkan
prinsip itu, karena masalah utama adalah oksigenasi jaringan dan bukan
semata-mata nilai Hb atau Ht, maka terapi dengan oksigenasi lebih banyak
diberikan pada neonatus dibandingkan transfusi darah.
.
n
VENTILASI
MEKANIK
Pada
bayi dengan fungsi respiratorik yang tidak adekuat, alat bantu pernapasan
(ventilasi mekanik) memegang peranan yang sangat penting.
Ventilasi
diatur dengan alat bertekanan positif, dengan beberapa cara yang mungkin
misalnya tekanan positif kontinyu (CPPV - continuous
positive pressure ventilation), tekanan positif intermiten (IPPV / IMV - intermittent positive pressure ventilation /
intermittent mandatory ventilation) dan sebagainya.
Dalam
penggunaan ventilasi mekanik di mana frekuensi pernapasan diatur oleh alat,
diperlukan relaksasi otot pasien yang baik, serta depresi pernapasan spontan
pasien, karena jika terjadi pola pernapasan spontan pasien yang tidak sesuai
dengan pola yang diatur oleh alat, dapat terjadi pneumotoraks sampai perdarahan
intrakranial. Untuk keperluan ini dapat digunakan misalnya pelumpuh otot
pancuronium, atau obat golongan morfin atau barbiturat yang juga memiliki efek
sedasi.
Penting
juga diperhatikan suhu, kelembaban, tekanan dan volume aliran oksigen yang
digunakan.
.
ASPEK
SOSIO-EKONOMI PERAWATAN INTENSIF NEONATUS 7,10
Perawatan intensif neonatus di satu pihak adalah sarana yang memerlukan banyak peralatan, prosedur dan tenaga medis yang selalu siap menangani berbagai masalah yang terjadi. Hal ini akan menyebabkan biaya perawatan dan obat-obatan menjadi sangat mahal.
Di lain pihak, pasien sendiri merupakan seorang neonatus dengan risiko tinggi yang sangat lemah keadaannya, sehingga peluang untuk tetap hidup dengan kualitas yang baik tentu juga sangat terbatas.
Hal
ini PERLU dijelaskan kepada orangtua pasien, karena orangtua tentu sangat
mengharapkan hasil perawatan yang sebaik-baiknya dengan biaya yang mahal
tersebut, sementara pada kenyataannya output yang maksimal merupakan suatu hal
yang cukup sulit diperoleh. Apalagi jika keluarga pasien berasal dari golongan
ekonomi lemah / kurang mampu. Selain itu juga, mungkin ibu pasien masih juga
berada dalam perawatan pascapersalinan di rumahsakit tersebut, sehingga menjadi
tambahan beban biaya bagi keluarga pasien.
Jika memungkinkan, sebaiknya diusahakan subsidi dana rumahsakit sebagai sumber yang potensial untuk pengembangan dan pemeliharaan unit perawatan intensif neonatus, sehingga pelayanan pada unit perawatan intensif neonatus ini dapat tetap maksimal dan tidak semata-mata bergantung hanya kepada pembayaran pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anonymous,
2002. Angka Kematian Bayi di Indonesia
Meningkat. Tempo interaktif. Jakarta
2.
American
Academy of Pediatrics, Buku Panduan
Resusitasi Neonatus (terjemahan). Perinasia, 2001
3.
Alisjahbana,
A., dkk. Prevention of Hypothermia of Low Birth Infants Using The Kangoroo
Method Pediatr. Idones. 1998
4.
Damanik
S, Pengantar Perinatology, Bahan
Kuliah, 2001
5.
Damanik
S, Penatalaksanaan Bayi dengan Berat
Lahir Rendah, Perkani, 2003.
6.
Depkes
RI, Masalah Bayi Baru Lahir, Depkes
RI, Jakarta, 1999.
7.
FK
UI, Catatan Kuliah kedokteran, www.cakul-FKUI.com, 1999
8.
Indarso
F, Penanganan Kegawatan Bayi Baru Lahir,
Deteksi Dini Bayi Resiko dan Persiapan Rujukan, Laporan, 2001
9.
Cloherty,
JP; Stark, AR, Manual of Neonatal Care,
London, 1991
10. Komalasari, K, 2002. Kematian Bayi, Tragedi yang terlupakan. www.pikiranrakyat.com
11. Subramanian KNS, Extremely Low Birth Weight Infant, eMedicine.com,
October 2002
12. Usman A, Esensi Metode Kangguru untuk BBLR, Perinasia, Bali, 2001
13. Wisnuwardhani SD, Masalah Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah, Perinasia,
Bali, 2001
14. Yu, Victor YH dan Monintja, HE,
Beberapa Masalah Perawatan Intensif
Neonatus. FK UI, Jakarta, 1997.
Lampiran 1. Bagan Menentukan
Resusitasi 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar