Haid atau haid adalah proses alami yang datang secara berulang setiap bulan pada wanita noprmal sejak masa pubertas hingga menjelang menopause
yang di sertai perdarahan. Kedatangan haid ini secara berulang di sebut siklus
haid. Normalnya siklus haid adalah 28 hari. Namun untuk sebagian wanita siklus
ini tidak teratur dan bervariasi berkisar antara 22-25 hari
Haid pada dasarnya merupakan proses katabolisme dan terjadi dibawah
pengaruh kelenjar hipofise dan ovarium. Durasi rata-rata perdarahan haid adalah 3-7 hari .tetapi
setiap orang dapat memiliki durasi perdarahan yang
berbeda-beda
Wanita yang mengalami haid bisa jadi mengalami gangguan pada saat haid. Salah satu gangguan yang terjadi pada saat haid adalah dismenore. Dismenore merupakan perasaan nyeri pada waktu haid
dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai erjadi gangguan dalam
tugas sahari-hari. Gangguan ini ada 2 jenis yaitu dismenore primer dan sekunder.
Dismenore primer yaitu dismenore yang terjadi tanpa adanya kelainan anatomis genitalia
sedangkan dismenore sekunder adalah dismenore yang terjadi akibat adanya
kelainan anatomis genialia seperti haid di sertai infeksi endometriosis, mioma
uteri, polip serviks dan lain-lain(manuaba,2009)
Nyeri haid atau dismenore merupakan nyeri kejang otot
(spasmodik) di perut bagian bawah dan menyebar ke sisi perut bagian bawah dan
menyebar ke sisi dalam paha atau bagian bawah pinggang yang menjelang haid atau selama haid akibat kontraksi otot rahim. Keluhan nyri haid bisa ringan sampai berat dan
berubah keluhan ke seluruh tubuh antara lain
muntah, mual, lelah, sakit daerah bawah pinggang , cemas, tegang, pusing dan bingung (Harmanto, 2006).
dismenore dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu: Dismenore Ringan,
rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat, hanya diperlukan istirahat
sejenak (duduk, berbaring) sehingga dapat dilakkan kerja atau aktivitas sehari-hari. Dismenore Sedang, Diperlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan aktifitas
sehari-hari. Dismenore Berat, untuk menghilangkan keluhan istrahat beberapa
hari, dengan akiba miningkan aktivitas sehari-
hari. Nyeri dapat di klasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada
, tempat, berat ringannya dan waktu lamanya serangan. Menurut
menurut klasifikasi ini, nyeri dismenore termasuk ke dalam jenis deep pain (nyeri 13 dalam) karena terjadi pada organ tubuh viseral
yaitu pada saluran reproduksi (Asmadi, 2008).
Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi
tanpa adanya kelainan ginekologik yang nyata. Dismenore primer terjadi
sesudah menarche (12 bulan atau
lebih) dikarenakan siklus menstruasi bersifat anovulatoir yang tidak
disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama haid dan berlangsung beberapa jam. Sifat nyeri yang dirasakan seperti kejang yang berjangkit-jangkit, terjadi pada
perut bagian bawah menjalar ke pinggang dan
paha. Gejala lain yang menyertai nyeri antara lain rasa mual, muntah, sakit kepala dan diare (Hanafiah, 1997).
Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenore primer adalah
sebagai berikut: Korpus luteum akan mengalami
regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan
mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium dan menghasilkan
asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang
kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan prostaglandin PGE2 dan PGF2
alfa. Wanita dengan dismenore primer
didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang
merangsang miometrium. Akibatnya
terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi, selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen
nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia (Sunaryo, 1989).
Faktor yang menyebabkan dismenore primer antara
lain: Faktor Kejiwaan Wanita mempunyai emosional yang tidak
stabil, sehingga mudah mengalami dismenore primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dismenore akan menimbulkan
gangguan tidur (insomnia). Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor konstitusi antara lain: anemia, penyakit menahun dan sebagainya. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis kanalis servikalis, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi. Mioma submukosum bertangkai polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut. Faktor Endokrin Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 alfa yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 alfa berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah. Faktor Alergi Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkial. Faktor Neurologis Uterus dipersyarafi oleh sistem oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik. Vasopresin Kadar vasopresin pada wanita dismenorea primer sangat tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dismenorea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya dismenorea masih belum jelas. Leukotren
Helsa (1992), mengemukakan bahwa leukotren meningkatkan sensitivitas serabut nyeri pada uterus. Leukotren dalam jumlah besar ditemukan dalam uterus wanita dengan dismenorea primer yang tidak memberi respon terhadap pemberian antagonis prostaglandin.
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor konstitusi antara lain: anemia, penyakit menahun dan sebagainya. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis kanalis servikalis, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi. Mioma submukosum bertangkai polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut. Faktor Endokrin Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 alfa yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 alfa berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah. Faktor Alergi Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkial. Faktor Neurologis Uterus dipersyarafi oleh sistem oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik. Vasopresin Kadar vasopresin pada wanita dismenorea primer sangat tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dismenorea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya dismenorea masih belum jelas. Leukotren
Helsa (1992), mengemukakan bahwa leukotren meningkatkan sensitivitas serabut nyeri pada uterus. Leukotren dalam jumlah besar ditemukan dalam uterus wanita dengan dismenorea primer yang tidak memberi respon terhadap pemberian antagonis prostaglandin.
Penanganan dismenore primer antara
lain dengan: Obat-obatan. Rileksasi.
Hipnoterapi Alternatif. Obat-obatan yang dapat
membantu mengurangi nyeri haid antara lain: analgetika, hormonal, anti
prostaglanding. Analgetika. Analgetika
digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis analgetika untuk mengurangi nyeri.
Jenis analgetika untuk mengurangi nyeri ringan antara lain aspirin. Sedangkan jenis analgetika untuk nyeri berat antara lain: prometazin,
oksikodon, butalbital. Hormonal untuk Pengobatan hormonal untuk
meredakan dismenore, dan lebih tepat
diberikan pada wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis hormon yang diberikan progestin, pil kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron tinggi).
Pemberian pil dari hari 5-25 siklus haid dengan dosis
5-10 mg/hari. Progesteron diberikan pada
hari ke 16 sampai ke 25 siklus haid, setelah keluhan
nyeri berkurang. Anti Prostaglanding
Non-steroid anti-inflamatory drugs (NSAIDs) yang menghambat produksi dan kerja
prostaglanding di gunakan untuk mengatasi dismenore primer. NSAIDs tidak boleh
diberikan kepada wanita hamil, penderiaan dengan gangguan pencrnaan, asma dan
alergi terhadap jenis obat anti prostaglanding.
Rileksasi, Pada kondisi
rileks tubuh akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat stress. Karena hormon seks esterogen dan progesteron serta hormon stres adrenalin diproduksi dari blok
bangunan kimiawi yang sama. Ketika kita mengurangi stres maka mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut. Jadi, perlunya rileksasi
untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri. Hipnoterapi adalah metode mengubah
pola pikir negatif menjadi positif. Hal ini dilakukan dengan memunculkan pikiran bawah sadar agar
permasalahan dapat diketahui dengan tepat. Alternatif, ada beberapa cara
yang dapat di lakukan untuk mengurangi nyeri haid antara lain; Suhu
panas (bantal pemanas, kompres, minum minuman
hangat, mandi air hangat), Tidur dan istirahat cukup, Olahraga teratur,
Visualisasi konsentrasi, Aroma terapi, Pijatan, Mendengarkan musik, membaca
buku maupun menonton film, Mengurangi konsumsi kopi, Tidak merokok maupun minum
alcohol, Mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum air putih, Mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, Memperbanyak
konsumsi buah dan sayuran, Tumbuhan obat (daun sadewa, mawar, teki, dan
sebagainya).
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan
oleh penyakit, gangguan atau kelainan di dalam maupun
di luar rahim. Nyeri pada dismenore sekunder dimulai
sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus
berlangsung beberapa hari setelah menstruasi. Penyebab dismenore sekunder antara
lain: Benjolan yang menyebabkan
perdarahan, Rahim yang terbalik, Peradangan selaput lendir rahim, Pemakaian kontrasepsi spiral/IUD, Endometriosis, Fibroid atau tumor, Infeksi pelvis. Pengobatan yang sering
dipakai adalah golongan NSAID yaitu: aspirin, naproksen, ibuprofen,
indometasin, dan asam mefenamat. Obat-obatan ini sering kali
lebih efektif jika diminum sebelum timbul nyeri. Karena dismenorea jarang menyertai
perdarahan tanpa ovulasi, maka pemberian kontrasepsi oral untuk menekan ovulasi juga merupakan pengobatan yang efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar