Pengantar Neonatologi



PENGANTAR NEONATOLOGI


dr. Agus Harianto SpA(K),Prof. dr. Sylviati M. Damanik SpA(K)

Divisi Neonatologi Lab / SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK Unair – RSUD Dr. Soetomo

Tingkat kesehatan suatu masyarakat dinilai dari angka kematian bayi. Dengan kemajuan ilmu kedokteran, angka kematian ini dapat ditekan tetapi penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan kematian bayi yang berumur > 7 hari. Sedangkan angka kematian bayi yang berumur < 7 hari dan kematian bayi dalam kandungan masih belum banyak berkurang.1,10
Data WHO (2002)10 menunjukkan angka sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan "fenomena 2/3", yaitu:
- 2/3 kematian bayi (umur 0-1 tahun) terjadi pada masa neonatal (bayi baru lahir umur 0-28 hari).
- 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama.
Pada 1 minggu pertama dari kelahiran adalah masa yang paling kritis bagi kehidupan seorang bayi.
Di Indonesia sendiri sebanyak 100.454 bayi 0-28 hari (neonatal) meninggal setiap tahun. Ini berarti 275 neonatal meninggal setiap hari, atau lebih kurang 184 neonatal dini meninggal setiap hari, atau setiap 1 jam meninggal 8 bayi neonatal dini, atau setiap 7,5 menit meninggal 1 bayi neonatal dini.10
Di masa mendatang sangat diharapkan selain menurunkan angka kematian bayi juga berusaha agar bayi yang dilahirkan utuh sempurna, tanpa cacat fisik maupun mental melalui perawatan bayi baru lahir yang tepat karena saat-saat tersebut sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang.


A.     ADAPTASI NEONATAL

Neonatus adalah individu yang sedang berada pada periode adaptasi kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir mengalami proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.7

The newborn period is defined as the first 28 days of life.
Masa neonatal adalah periode selama satu bulan (lebih tepat : 4 minggu = 28 hari) setelah lahir.

Masa adaptasi setelah lahir itu merupakan juga suatu masa yang sangat kritis dan menentukan untuk kehidupan individu selanjutnya. Maka masalah-masalah yang terjadi pada masa itu dapat sekali mengancam nyawa individu yang masih sangat lemah itu.
Atau, seandainya nyawa dapat terselamatkan, masalah tersebut mungkin dapat juga mempengaruhi kualitas hidup individu tersebut selanjutnya.

Dalam ilmu perinatologi, kegawatan yang terjadi pada masa tersebut disebut kegawatdaruratan perinatal, perlu perawatan intensif.4,7
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis.7 Bila terdapat gangguan adaptasi : bayi akan sakit.

Homeostasis

1.       Kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital
2.       Bersifat dinamis
3.       Dipengaruhi tahap tumbuh kembang, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.
Pada bayi kurang bulan seringkali terjadi berbagai gangguan mekanisme adaptasi.
Adaptasi segera yang diharapkan terjadi pada bayi baru lahir meliputi fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan metabolisme).

Tabel 1. Mekanisme Homeostasis / Adaptasi Bayi Baru Lahir7

SISTEM
INTERAUTERIN
EKSTRAUTERIN

 

RESPIRASI / SIRKULASI

-          Pernafasan voluntar
-          Alveoli
-          Vaskularisasi paru
-          Resistensi paru
-          Intake oksigen
-          Pengeluaran CO2
-          Sirkulasi paru
-          Sirkulasi sistemik
-          Denyut jantung

SIRKULASI CERNA

-          Absorbsi nutrien
-          Kolonisasi kuman
-          Feses
-          Enzim pencernaan


Belum berfungsi
Kolaps
Belum aktif
Tinggi
Dari placenta (Ibu)
Di placenta
Tidak berkembang
Resistensi perifer rendah
Lebih cepat


Belum aktif
Belum
Mekonium
Belum akfit


Berfungsi
Berkembang
Aktif
Rendah
Dari paru (bayi sendiri)
Di paru
Berkembang banyak
Resistensi perifer tinggi
Lebih lambat


Aktif
Segera
> hari keempat, feses biasa
aktif

Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antara maturitas dan status gizi.

Kemampuan homeostasis pada neonatus berdasarkan usia kehamilan :
1.         Cukup bulan : memadai
2.         Kurang bulan : tergantung masa gestasi. Matriks otak belum sempurna, mudah terjadi perdarahan intrakranial. Angka kejadian sindrom gawat napas neonatus dan hiperbilirubinemia tinggi.
3.         Lewat waktu : terjadi hambatan pertumbuhan janin intrauterin akibat penurunan fungsi plasenta, terjadi hipoksia janin.
Text Box: Masa neonatus lebih tepat jika dipandang sebagai masa adaptasi dari kehidupan intrauterin menuju kehidupan ekstrauterin dari 
berbagai sistem



 

B.     EVALUASI NEONATUS

Bila bayi sudah lahir kita dapat secara langsung memeriksa keadaan bayi tersebut. Evaluasi bayi baru lahir penting sekali untuk dapat menentukan tindakan yang harus dilakukan dan untuk menentukan prognosis bayi.
Lebih cepat kita mengatasi keadaan yang abnormal lebih baik pula prognosisnya dan kemungkinan timbulnya komplikasi juga lebih kecil.

Evaluasi neonatus meliputi :7
  1. Menilai adaptasi neonatal (skor Apgar, refleks)
  2. Menilai tahap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia kehamilan
  3. Menilai fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan morfologi/fisiologi)
  4. Memberi identifikasi : jenis kelamin, berat badan, panjang badan
  5. Menentukan penanganan yang diperlukan

Untuk evaluasi neonatal pada tahun 1952 Virginia Apgar (Pediater dari New York Cornell University) menciptakan suatu cara yang kemudian disebut Apgar scoring system. Cara ini memperhatikan lima gejala vital bayi ialah : detik jantung, tonus otot, pernafasan, refleks dan warna kulit. Tiap gejala diberi angka 0, 1 atau 2 menurut keadaan seperti tercantum :4

Tabel 2. Apgar score4,7,9

0
1
2

1.       Detik jantung

2.       Usaha pernafasan

3.       Tonus otot

4.       Reflex, atas pembersihan jalan nafas

5.       Warna kulit



-



lunglai

-



pucat biru
seluruh tubuh

< 100 / mnt

tangisan lemah tak teratur

sedang

menyeringai



tubuh merah
extrimitas biru


³ 100/mnt

tangisan kuat


pergerakan aktif

menangis, batuk, bersin


seluruh tubuh merah

Jelas bahwa Apgar Score maksimum adalah 10 dan minimum adalah 0, A.S harus ditentukan     1 menit dan 5 menit setelah seluruh badan bayi lahir. Bila A.S kurang dari 7 pada menit ke 5 maka A.S. 10 – 15 – 20 menit dicatat. A.S dinilai pada menit pertama sebab pada 1 menit setelah lahir terdapat clinical depression yang terberat pada bayi tersebut dan AS 1 menit ini menunjukkan keadaan keseimbangan asam basa bayi, tapi bukan menunjukkan keadaan oksigenasi darah bayi. AS 5 menit memberikan refleksi pada prognosis bayi baik morbiditas maupun mortalitasnya. Lebih rendah AS 5 menit lebih jelek prognosisnya. Penggunaan cara Apgar score ini memudahkan kita menggolongkan bayi yang baru lahir dalam 3 golongan.

Bila AS 1 menit            : 7 – 10 = normal  = vigorous

4 – 6 = asfiksia ringan / livide = mild-moderately depressed
0 – 3 = asfiksia berat / pallida = severely depressed

Istilah asfiksia livide / pallida tak dipakai lagi
Ternyata pula bahwa AS 1 menit ini menunjukkan keseimbangan asam basa sebab pada pemeriksaan pH bayi ternyata :

Bila AS 1 menit              : 7 – 1 = pH = 7,20
  4 – 6 = pH = 7.10 – 7,0
  0 – 3 = pH = 7,10

Paradigma lama memberikan pedoman kepada kita untuk bertindak pada bayi Asfiksia berdasarkan hasil evaluasi menurut cara Apgar score.
Tetapi pada Paradigma baru RESUSITASI bayi harus dilakukan segera setelah bayi lahir tidak menunggu Apgar menit pertama (lihat lampiran 1).2
Mengapa nilai Apgar tidak digunakan sebagai pedoman memulai tindakan resusitasi ? Nilai Apgar merupakan metode obyektif untuk menilai kondisi bayi baru lahir yang menggambarkan kondisi bayi secara keseluruhan dan dinilai setelah 1 menit  bayi lahir. Sedangkan Resusitasi harus segera dilakukan begitu 3 tanda utama (frekuensi jantung, pernafasan, warna kulit) menunjukkan indikasi bayi perlu resusitasi.

Klasifikasi neonatus menurut masa gestasi 5,7,11
1. Kurang bulan (preterm infant) : kurang 259 hari (37 minggu)
2. Cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)
3. Lebih bulan (postterm infant) : lebih dari 294 hari (42 minggu) atau lebih.

Klasifikasi neonatus menurut berat lahir
1. Berat lahir rendah : kurang dari 2500 g
2. Berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 g
3. Berat lahir lebih : lebih dari 4000 g

Klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi
Dideskripsikan masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilannya :
1. Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
2. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang lainnya meliputi antara lain : kriteria Dubowitz/Lubchenco

Di bawah ini beberapa kriteria neonatus yang normal, antara lain :7

KRITERIA FISIK neonatus normal
- Cukup bulan : usia kehamilan 37 - 42 minggu
- Berat badan lahir : 2500 - 4000 g (sesuai masa kehamilan)
- Panjang badan : 44 - 53 cm
- Lingkar kepala (melalui diameter biparietal) : 31 - 36 cm
- Skor Apgar 7 – 10
- Tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan

KRITERIA NEUROLOGIK neonatus normal
- frog position (fleksi ekstremitas atas dan bawah)
- Refleks Moro / kejutan (+), harus simetris
- refleks hisap (+) pada sentuhan palatum molle
- refleks menggenggam (+)
- refleks rooting (+)

Nilai laboratorium DARAH neonatus normal
- Hb : 14 - 22 g/dl  (kadar Hb-F tinggi, menurun dengan pertambahan usia)
- Ht : 43 - 63 %
- Eritrosit : 4.2 - 6 juta /mm3
- Retikulosit : 3 - 7 %
- Leukosit : 5000 - 30000 /mm3 Jika ada infeksi < 5000/mm3.
- Trombosit : 150000 - 350000 /mm3
- Volume darah : 85 cc/kgBB

Nilai laboratorium CAIRAN OTAK neonatus normal
- Warna : 90 - 94 % xantochrome (kekuning-kuningan jernih)
- Nonne / Pandy (+) Pada usia di atas 3 bulan harus sudah negatif.
- Protein : 200-220 mg/dl
- Glukosa : 70-80 mg/dl
- Eritrosit : 1000 - 2000 / LPB
- Leukosit 10 - 20 / LPB menunjukkan fungsi BBB (blood-brain barrier) masih belum sempurna.


C.     PENANGANAN SEGERA BAYI BARU LAHIR (Immediate Care of The Newborn)

Penanganan segera yang perlu dilakukan pada neonatus meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.       Mempelajari anamnesis : riwayat hamil, riwayat persalinan, riwayat keluarga
2.       Melakukan resusitasi neonatus
3.       Menilai skor Apgar
4.       Perawatan tali pusat : pemotongan jangan terlalu pendek. Luka diberi larutan antiseptik dan ditutup. Harus diawasi dan perban diganti tiap hari.
5.       Identifikasi : beri kartu bertulisan nama ibu, diikat di pergelangan tangan atau kaki
6.       Pemeriksaan fisik, observasi tanda vital
7.       Tentukan tempat perawatan : rawat gabung atau rawat khusus (rawat intensif).
8.       Prosedur rujukan bila perlu

Jika ada penyakit yang diturunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B aktif, langsung diberikan vaksinasi aktif-pasif.


1.       STABILISASI SESUDAH LAHIR
-          Sesudah lahir, pernapasan pertama
-          Dapat hidup di luar uterus
-          Adaptasi sistem2 lain

2.       SYARAT PERAWATAN GABUNG (neonatus dirawat bersama ibunya)
-          Nilai apgar lebih dari 7
-          Berat lahir lebih dari 2000 gram
-          Masa gestasi lebih dari 35 minggu
-          Frekuensi napas 40 – 60 kali per menit
-          Frekuensi denyut jantung 100 – 140 kali per  menit
-          Suhu antara 36.5 – 37.5 oC
-          Refleks baik
-          Tidak ada kelainan kongenital mayor

D.     MASALAH-MASALAH PADA BAYI BARU LAHIR


Masalah-masalah yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir antara lain sebagai berikut : 7, 9,11,13,14
  1. Prematuritas
Bayi dengan usia gestasi <  37 minggu, immaturitas fungsi organ vital.
  1. Sindrom gawat napas neonatus (NRDS-Neonatal Respiratory Distress Syndrome) / Asfiksia neonatorum
  2. Hiperbilirubinemia (neonatal jaundice)
  3. Infeksi perinatal
  4. Kelainan / cacat bawaan
  5. Gangguan/ penyakit akibat trauma kehamilan
Agar dapat melakukan penanganan sedini mungkin terhadap masalah yang terjadi pada bayi baru lahir maka perlu dilakukan deteksi dini bayi resiko.

1.       DETEKSI DINI BAYI RESIKO8


Apabila kita akan menolong persalinan, diharapkan kita sedikit banyak mengetahui kondisi bayi yang akan kita tolong.
Kondisi yang perlu diketahui meliputi :
a.       Kondisi ibu :
Penyakit ibu, obat apa yang dikonsumsi, kehamilan ke berapa, dan kondisi kehamilan yang lalu
b.       Kondisi janin :
Umur kehamilan saat dlahirkan, kondisi pada waktu dilahirkan, fisik bayi,adakah
Gawat janin pada sa’at itu
c.       Kondisi persalinan :
Cara persalinan, tindakan persalinan, kondisi ketuban, kondisi janin sebelum dilahirkan
d.       Kondisi plasenta

Untuk deteksi dini bayi resiko yang akan dilahirkan bila dilihat dari kondisi bayi di atas, dapat dilihat pada tabel 3.


Tabel 3. Resiko Bayi dengan Problema Ibu8,9

A. Kondisi Ibu
Resiko pada Bayi
-          Ibu > 40 tahun
-          Ibu < 16 tahun
-          Perokok
-          Diabetes
-          Thyroid
-          Kelainan jantung
-          HT
-          Polihidramnion
-          Oligohidramnion
-          APB
-          KPP
KMK, kelaianan chromosome
Bayi kurang bulan/prenatal
KMK, PMR
RDS, IUFD, Anomali kongenital, Hypoglycaemi
Hypo/hyperthyroid
KMK/kurang bulan/IUFD
KMK/asphyxia
Ancephali, Tracheosophageal, fisterl, gangguan ginjal
Renal agenesis, IUFD, pulmona, hypoplasi
Kurang bulan, anaemi, IUFD
Infeksi
B. Kondisi Fetal
Resiko pada Bayi
-          Kembar (gemelli)
-          Kehamilan besar
Prematur, feto fetal transfusi, asfiksi
Trauma kelahiran, perdarahan, hypoglycaemia
C. Kondisi Persalinan
Resiko pada Bayi
-          Kelahiran prematur
-          Kelahiran lambat
-          Ibu panas
-          Kelahiran cepat
-          Ketuban meconeal
-          Sectio cesarean
RDS, asfiksia, infeksi
MAS, asfiksia, IUFD
Infeksi
Trauma, ICH
Asfiksi, MAS, PPH
RDS, TTNB (Transient Tachypnea of New Born)
D. Kondisi Placenta
Resiko pada bayi
-          Kecil
-          Besar
-          Solusio placenta
KMK
Hydro foetalis, maternal diabetes
Asfiksi, anemi

Sedangkan bayi baru lahir, bila dilihat pada saat lahir dapat pula mengakibatkan resiko-resiko yang erat hubungannya dengan pada saat dilahirkan seperti pada tabel 4

 

Tabel. 4  Keadaan Bayi Baru Lahir dengan Resiko yang Dihadapi8,9


Keadaan
Resiko
Prematur & / BBLR
RDS, IVH, hipoglikemi, hipoglikemia, apne, infeksi
Asfiksia berat
Gagal nafas, HIE (Hipoxic Ischemic Encephalopathi)              palsi serebral, retardasi mental
Infant Diabetic Mother (IDM)
Kesulitan lahir, hipoglikemi, asfiksia
Post date
Insufisiciensi placenta             lahir mati / KMK (kecil masa kehamilan), hipoglikemi, infeksi



E.     PERAWATAN INTENSIF NEONATUS (Neonatal Intensive Care)

Transfer ke unit perawatan intensif neonatus

Pertimbangan rujukan bayi baru lahir adalah berdasarkan keadaan bayi :
1. bayi normal : ruang transisi - rawat gabung / madya / intensif
2. bayi berat badan lahir rendah atau bayi kurang bulan : rawat madya / intensif
3. bayi dengan tunjangan ventilasi / respirasi / sirkulasi : rawat intensif
4. bayi dengan tunjangan metabolik / nutrisi parenteral : rawat madya / intensif
5. bayi dengan pemantauan ketat respirasi dan sirkulasi : rawat madya / intensif

 

Transfer ke unit perawatan intensif neonatus (NICU - Neonatal Intensive Care Unit) dipertimbangkan pada keadaan / kasus :7,9
1.       Gawat napas (sianosis, takipnea, retraksi dinding dada, pernapasan cuping hidung, atau henti napas) yang memerlukan O2 40% atau lebih untuk mencegah sianosis sentral
2.       Bayi prematur kurang dari 2000 gram atau usia gestasi (jika diketahui) kurang dari 37 minggu
3.       Bayi yang sedang mengalami pemulihan dari upaya resusitasi besar
4.       Bayi yang sangat mungkin memerlukan bantuan respirasi atau bantuan medis besar lainnya.

Neonatus risiko tinggi, terutama bayi prematur, memerlukan suatu LINGKUNGAN KHUSUS, dengan kombinasi khusus cairan dan nutrisi, serta sarana-sarana pendukung lainnya untuk mempertahankan kehidupannya.6,13

MASALAH pada neonatus risiko tinggi
1.       Khusus pada bayi prematur : hiperbilirubinemia akibat organ hati belum matang, volume darah rendah, hipoglikemia, defisiensi faktor-faktor imunologik, defisiensi surfaktan.
2.       Pada neonatus risiko tinggi umumnya : rentan terhadap infeksi.

HAL YANG DIPERHATIKAN PADA PERAWATAN INTENSIF NEONATUS

n        PENGENDALIAN INFEKSI

Infeksi nosokomial merupakan penyebab infeksi yang sering menyerang neonatus dalam perawatan. Penularan dapat melalui petugas medis maupun peralatan yang digunakan.
Keadaan neonatus risiko tinggi sangat lemah, dapat segera memburuk jika terserang infeksi, lebih cepat dan lebih berat dibandingkan bayi normal lainnya.

Sterilisasi dan kebersihan merupakan syarat utama suatu unit perawatan intensif pada umumnya, termasuk pada unit perawatan intensif neonatus.



Text Box: Cuci tangan sebelum dan sesudah pegang bayi 
(perawatan aseptik, hand washing)
 




n        WASPADA : gejala-gejala mencurigakan sepsis neonatorum :

  1. Gejala umum : bayi tidak kelihatan sehat, tidak mau minum, suhu badan naik (febris) atau turun (hipotermia) padahal berada dalam kontrol suhu ruangan yang benar.
  2. Gejala gastrointestinal : muntah, diare, hepatomegali, perut kembung, warna kemerahan.
  3. Gejala respiratorik : dispneu, takipneu, sianosis
  4. Gejala kardiovaskular : takikardia, edema, dehidrasi, produksi urine kurang
  5. Gejala susunan saraf pusat : letargi, iritabel, kejang, tidak sadar
  6. Gejala hematologik : ikterus, splenomegali, petekiae, perdarahan lain, hitung leukosit dan/atau trombosit menurun.

n        PENGENDALIAN SUHU

Neonatus TIDAK mampu mempertahankan suhu tubuhnya dalam lingkungan yang terlalu panas atau dingin. Hal ini karena luas permukaan tubuhnya relatif besar perbandingannya terhadap berat badan, sehingga heat loss lebih tinggi.
Jika terdapat keadaan hipoksia dan stabilitas kardiovaskular yang rendah, daya tahan terhadap suhu lingkungan akan semakin menurun.
Sekedar suatu pengaturan suhu ruangan yang sesuai saja telah terbukti berhasil menurunkan mortalitas perinatal secara bermakna.
Penggunaan metode kanguru bagi bayi-bayi prematur dan waspadai keluarnya panas melalui 4 cara : radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi (lihat gb)3,5,6,12,13













Gambar 1a ; 1b. Metode kanguru
 




 


























n        MONITORING

Keadaan umum, tanda vital, gejala-gejala patologik, peningkatan / penurunan berat badan, balans cairan, kadar elektrolit dan osmolalitas serum, pemeriksaan urine, dilakukan rutin.
Jika memungkinkan, sebaiknya digunakan peralatan monitoring elektronik / digital yang lengkap dengan kemampuan fungsi merekam sehingga dapat dilakukan analisis yang kontinyu.

n        CAIRAN, ELEKTROLIT DAN NUTRISI

Semua neonatus dalam unit perawatan intensif HARUS menerima cairan / nutrisi / obat melalui infus intravena.
Jumlah cairan tergantung pada usia gestasi, usia pascakelahiran, ukuran / berat badan, status klinis dan fisiologis, serta keadaan patologik yang mungkin menyertai (misalnya diare, ikterus, anemia, dan sebagainya).

Kebutuhan cairan basal umumnya 50-100 cc/kgbb pada hari pertama, kemudian turun sampai 60-70 cc/kgbb pada hari ketiga. Jika bayi memiliki berat badan lebih rendah atau usia gestasi lebih prematur, kebutuhan cairan menjadi lebih tinggi.

Infus cairan dimonitor setiap 6-8 jam, dengan input / output balans yang ketat. Tiap 24 jam dibuat rekapitulasi meliputi keseimbangan cairan dan elektrolit, input/output termasuk insensible water loss, fungsi injal, dan pemeriksaan elektrolit serum.
Elektrolit Na+ diberikan 3 mEq/dl cairan, dan K+ 2 mEq/dl.
 
Nutrisi maksimum diberikan 75 kalori per 100 cc cairan, dalam bentuk asam amino dan larutan glukosa, melalui infus intravena.
Text Box: Jika bayi dapat minum dan ibu dapat mengeluarkan ASI, bayi harus diberikan ASI
 





n        OBAT-OBATAN

Untuk asidosis, digunakan natrium bikarbonat. Untuk stimulasi kardiovaskular dan vasopresor, digunakan epinefrin.
Kalsium glukonas meningkatkan kontraktilitas miokardium, hati2, pemberian terlalu cepat dapat menyebabkan aritmia.
Glukosa untuk sumber energi. Hati-hati dalam perhitungan, dapat terjadi hipo/hiperglikemia atau hiper/hipoosmolalitas.
Albumin dipakai sebagai plasma volume expander jika ada hipovolemia, terutama jika tidak ada transfusi darah.
Naloxon dapat digunakan jika terjadi depresi kardiovaskular dan/atau pernapasan akibat anastesia atau analgesia yang diberikan pada ibu sebelum persalinan.

Antibiotik umum dipakai golongan Ampicillin dan derivatnya atau aminoglikosid, dipilih yang berspektrum luas, dapat menembus sawar darah otak, tidak toksik, dapat diberikan secara parenteral.



Text Box: Dosis dan interval pemberian disesuaikan pada keadaan masing-masing kasus (tailored / titration dose)
 





n        TRANSFUSI DARAH

Bayi prematur sering mengalami anemia. Anemia pada neonatus JANGAN hanya berdasarkan pemeriksaan kadar hemoglobin atau hematokrit, karena nilai itu tidak representatif terhadap status oksigenasi jaringan oleh sel-sel darah merah.
Anemia pada neonatus seharusnya mempertimbangkan :
  1. Jumlah absolut hemoglobin dalam sirkulasi yang menentukan transport oksigen di dalam darah.
  2. Fungsi yang menentukan kemampuan melepaskan oksigen ke dalam jaringan.

Sehingga pada neonatus, massa eritrositlah yang menjadi variabel yang menentukan kapasitas angkut oksigen dalam sirkulasi, bukan nilai Hb atau Ht.
Perlu dipertimbangkan bahwa dalam masa-masa neonatal awal terjadi penurunan massa eritrosit yang bermakna, selain itu terjadi konversi dari hemoglobin fetal (HbF) menjadi hemoglobin dewasa (HbA) yang memiliki karakteristik afinitas terhadap oksigen dan disosiasi Hb-oksigen yang berbeda. Dengan kata lain, sistem hemopoietik neonatus memang sedang berada dalam masa adaptasi dari tipe fetal ke tipe dewasa.
Berdasarkan prinsip itu, karena masalah utama adalah oksigenasi jaringan dan bukan semata-mata nilai Hb atau Ht, maka terapi dengan oksigenasi lebih banyak diberikan pada neonatus dibandingkan transfusi darah.


Text Box: Umumnya transfusi darah JARANG diberikan pada neonatus kecuali terjadi hipovolemia yang bermakna .



n        VENTILASI MEKANIK

Pada bayi dengan fungsi respiratorik yang tidak adekuat, alat bantu pernapasan (ventilasi mekanik) memegang peranan yang sangat penting.
Ventilasi diatur dengan alat bertekanan positif, dengan beberapa cara yang mungkin misalnya tekanan positif kontinyu (CPPV - continuous positive pressure ventilation), tekanan positif intermiten (IPPV / IMV - intermittent positive pressure ventilation / intermittent mandatory ventilation) dan sebagainya.
Dalam penggunaan ventilasi mekanik di mana frekuensi pernapasan diatur oleh alat, diperlukan relaksasi otot pasien yang baik, serta depresi pernapasan spontan pasien, karena jika terjadi pola pernapasan spontan pasien yang tidak sesuai dengan pola yang diatur oleh alat, dapat terjadi pneumotoraks sampai perdarahan intrakranial. Untuk keperluan ini dapat digunakan misalnya pelumpuh otot pancuronium, atau obat golongan morfin atau barbiturat yang juga memiliki efek sedasi.
Penting juga diperhatikan suhu, kelembaban, tekanan dan volume aliran oksigen yang digunakan.
.
ASPEK SOSIO-EKONOMI PERAWATAN INTENSIF NEONATUS 7,10

Perawatan intensif neonatus di satu pihak adalah sarana yang memerlukan banyak peralatan, prosedur dan tenaga medis yang selalu siap menangani berbagai masalah yang terjadi. Hal ini akan menyebabkan biaya perawatan dan obat-obatan menjadi sangat mahal.

Di lain pihak, pasien sendiri merupakan seorang neonatus dengan risiko tinggi yang sangat lemah keadaannya, sehingga peluang untuk tetap hidup dengan kualitas yang baik tentu juga sangat terbatas.
Hal ini PERLU dijelaskan kepada orangtua pasien, karena orangtua tentu sangat mengharapkan hasil perawatan yang sebaik-baiknya dengan biaya yang mahal tersebut, sementara pada kenyataannya output yang maksimal merupakan suatu hal yang cukup sulit diperoleh. Apalagi jika keluarga pasien berasal dari golongan ekonomi lemah / kurang mampu. Selain itu juga, mungkin ibu pasien masih juga berada dalam perawatan pascapersalinan di rumahsakit tersebut, sehingga menjadi tambahan beban biaya bagi keluarga pasien.

Jika memungkinkan, sebaiknya diusahakan subsidi dana rumahsakit sebagai sumber yang potensial untuk pengembangan dan pemeliharaan unit perawatan intensif neonatus, sehingga pelayanan pada unit perawatan intensif neonatus ini dapat tetap maksimal dan tidak semata-mata bergantung hanya kepada pembayaran pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1.        Anonymous, 2002. Angka Kematian Bayi di Indonesia Meningkat. Tempo interaktif. Jakarta
2.        American Academy of Pediatrics, Buku Panduan Resusitasi Neonatus (terjemahan). Perinasia, 2001
3.        Alisjahbana, A.,  dkk. Prevention of Hypothermia of Low Birth Infants Using The Kangoroo Method Pediatr. Idones. 1998
4.        Damanik S, Pengantar Perinatology, Bahan Kuliah, 2001
5.        Damanik S, Penatalaksanaan Bayi dengan Berat Lahir Rendah, Perkani, 2003.
6.        Depkes RI, Masalah Bayi Baru Lahir, Depkes RI, Jakarta, 1999.
7.        FK UI, Catatan Kuliah kedokteran,  www.cakul-FKUI.com, 1999
8.        Indarso F, Penanganan Kegawatan Bayi Baru Lahir, Deteksi Dini Bayi Resiko dan Persiapan Rujukan, Laporan, 2001
9.        Cloherty, JP; Stark, AR, Manual of Neonatal Care, London, 1991
10.     Komalasari, K, 2002. Kematian Bayi, Tragedi yang terlupakan. www.pikiranrakyat.com
11.     Subramanian KNS, Extremely Low Birth Weight Infant, eMedicine.com, October 2002
12.     Usman A, Esensi Metode Kangguru untuk BBLR, Perinasia, Bali, 2001
13.     Wisnuwardhani SD, Masalah Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah, Perinasia, Bali, 2001
14.     Yu, Victor YH dan Monintja, HE, Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. FK UI, Jakarta, 1997.




Text Box: 30 DETIKText Box: 30 DETIKText Box: 30 DETIKText Box: * Intubasi endotrakeal bisa dipertimbangkan pada beberapa tahap resusitasi, tergantung tujuan melakukan intubasi (untuk menghisap mekonium, untuk VTP, atau untuk memasukkan obat-obat darurat) Lampiran 1. Bagan Menentukan Resusitasi 2

Tidak ada komentar: